Filsafat Rasionalisme (Rene Descartes)

 

Rasionalisme

(Rene Descartes)

Filsafat modern (dimulai pada abad ke-16 M) yang ditandai dengan munculnya gerakan Renaissance. Renaissence berarti kelahiran kembali, mengacu pada gerakan keagamaan dan masyarakat yang bermula di italia (pada pertengahan abad ke-14). Pengaruh dari gerakan Renaissance itu telah menyebabkan peradaban dan  kebudayaan zaman modern berkembang semakin pesat dan bebas dari pengaruh otoritas dogma-dogma gereja. Setelah bebasnya manusia barat dari otoritas gereja berdampak semakin dipercepatnya perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan. Pada zaman Renaissance perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan tidak lagi didasarkan pada otoritas dogma-dogma gereja, melainkan didasarkan atas kesesuaiannya dengan akal.

Zaman modern lahir sekitar 1500-an di Eropa pada abad ini ditandai dengan semangat anti abad pertengahan yang cenderung mengekang kebebasan berfikir. Filsafat modern merupakan sebuah pemikiran yang menganalisis tentang kekinian, sekarang, subjektivitas, kritik, hal yang baru, kemajuan dan apa yang harus dilakukan pada saat ini. Semangat kekinian ini tumbuh sebagai perlawanan terhadap cara berfikir tradisional Abad Pertengahan yang dianggap sudah tidak relevan dalam artikel ini akan menjelaskan tentang Rasionalisme (Rene Descartes). Apa itu Rasionalisme? Bagaimana pemikiran tokoh Rene De  scartes tentang Rasionalisme?

Rasionalisme adalah faham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir. Alat dalam berfikir itu ialah kaidah-kaidah logis atau kaidah-kaidah logika. Usaha manusia untuk memberi kemandirian kepada akal sebagaimana yang telah dirintis oleh para pemikir resains, masih berlanjut terus sampai abad ke-17. Abad ke-17 adalah era dimulainya pemikiran-pemikiran kefilsafatan dalam artian yang sebenarnya. Semakin lama manusia semakin menaruh kepercayaan yang besar terhadap kemampuan akal, bahkan diyakini bahwa dengan kemampuan akal segala macam persoalan dapat dijelaskan, semua permasalahan dapat dipahami dan dipecahkan termasuk seluruh masalah kemanusiaan. Keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuan akal telah berimplikasi kepada perang terhadap mereka yang malas mempergunakan akalnya terhadap kepercayaan yang bersifat dogmatis seperti yang terjadi pada abad pertengahan, terhadap norma-norma yang bersifat tradisi dan terhadap apa saja yang tidak masuk akal termasuk keyakinan-keyakinan serta semua anggapan yang tidak rasional.

Dengan kekuasaan akal tersebut, orang berharap akan lahir suatu dunia baru yang lebih sempurna, dipimpin dan dikendalikan oleh akal sehat manusia. Kepercayaan terhadap akal ini sangat jelas terlihat dalam bidang filsafat . Setelah pemikiran renaissance sampai pada penyempurnaan yaitu telah tercapainya kedewasaan pemikiran, maka terdapat keragaman mengenai sumber pengetahuan yang secara alamiah dapat dipakai manusia, yaitu akal (rasio) dan pengalaman (empiri). Karena orang mempunyai kecenderungan untuk membentuk aliran berdasarkan salah satu di antara keduanya, maka kedua-duanya sama-sama membentuk aliran tersendiri yang saling bertentangan.

Rasinalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650) yang disebut sebagai bapak filsafat modern. Ia ahli dalam ilmu alam, ilmu hukum, dan ilmu kedokteran. Ia mengetahui bahwa tidak mudah meyakinkan tokoh-tokoh gereja. Bahwa dasar filsafat haruslah rasio (akal) dan  Ia juga menyatakan, bahwa ilmu pengetahuan harus satu, tanpa bandingannya, harus disusun oleh satu orang sebagai bangunan yang berdiri sendiri menurut satu metode yang umum. Yang harus dipandang sebagai hal yang benar adalah apa yang jelas dan terpilah-pilah (clear and distinctively). Ilmu pengetahuan harus mengikuti langkah ilmu pasti karena ilmu pasti dapat dijadikan model cara mengenal secara dinamis.

Renaissance banyak memberikan aspek realitas. Perhatian yang sungguh-sungguh atas segala hal yang konkret dalam lingkup alam semesta, manusia, kehidupan masyarakat, dan sejarah. Pada masa itu pula terdapat upaya manusia untuk memberi tempat kepada akal yang mandiri. Akal diberi kepercayaan yang lebih besar karena adanya suatu keyakinan bahwa akal pasti dapat menerangkan segala macam persoalan yang diperlukan juga pemecahannya. Hal ini dibuktikan adanya perang terbuka terhadap kepercayaan yang dogmatis dan terhadap orang-orang yang enggan menggunakan akalnya.

Rene descartes yang mendirikan aliran rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal. Hanya pengetahuan yang diperoleh lewat akallah yang memenuhi syarat yang dituntut oleh semua ilmu pengetahuan ilmiah. Dengan akal dapat diperoleh kebenaran dengan metode deduktif, seperti yang dicontohkan dalam ilmu pasti.

Latar belakang munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional (skolastik), yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak mampu menangani hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Apa yang ditanam Arisoteles dalam pemikiran saat itu juga masih dipengaruhi oleh khayalan-khayalan.

Descartes menginginkan cara yang baru dalam berfikir, maka diperlukan titik tolak pemikiran pasti yang dapat ditemukan dalam keragu-raguan, cogito ergo sum (saya berfikir maka saya ada). Jelasnya bertolak dari keraguan untuk mendapatkan kepastian.

Rene descartes mengetahui bahwa tidak mudah menyakinkan tokoh-tokoh gereja bahwa dasar filsafat haruslah rasio (akal) untuk meyakinkan orang bahwa dasar filsafat haruslah akal, descartes menyusun argumentasi yang sangat terkenal. Untuk menemukan basis yang kuat bagi filsafat. Didalam mimpi seolah-olah seorang mengalami sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi, persis seperti tidak mimpi (juga) begitu pula pada pengalaman halusinasi, ilusi dan kenyataan ghaib. Tidak ada batas yang tegas dalam mimpi. Saat bermimpi rasanya seperti bukan mimpi. Benda-benda dalam mimpi, halusinasi, ilusi dan kejadian dengan roh halus itu, bila dilihat dari posisi kita juga, itu tidak ada. Akan tetapi benda-benda itu benar-benar ada bila dilihat dari posisi kita dalam mimpi.

Komentar