Aksara dan Rasa

 

Waktu tak terasa semakin cepat berlalu lonceng berbunyi tanda berakhirnya pelajaran, semu siswa merapikan buku dan alat tulisnya. Bersiap pulang bersama tugas dirumah. Satu –persatu pergi meniggaikan  kan sekolah tersisa aku dan beberapa teman disana karena memang tugas piket waktu itu. Di sekolah tidak sepi kaena ada beberapa  masih umul extra atau hanya bersanda gurau yang mereka tidak ingin cepat berlalu begitu saja. Selesai piket aku berencana  keperpus kota melanjutkan novel yang tak mau kupinjam males kaliya meminjam dan mengembalikkannya. Kulihat sang jingga ku kepanasan tak tega aku melihatmu

“Bolehkan aku menemanimu sang jingga mengajak mu berteduh, kutau kau masih merasa canggung karena ini pertama kali kau kesini, rasa panas mu akupun merasakan, kegelisahamu sampai padaku yang acuh ini, sang jingga indahmu tetap kunanti dan tak kan hilang”

Aku bergegas mengambil sepedah motorku, dengan sengaja dan pura-pura tidak tau menghampiriya “ hei, gak pulang” basa basiku. “eeeh, … bram kepala suku”  Tanya dia “ huhu haahaa huu hhaaa, iya aku bram bukan kepala suku” balasku mencairkan suasana ”iyaa bram ada apa?” tanyanya ”harusnya pertanyaan di jawab bukan malah bertnya” jelasku. “ sorry, oh iya aku sedang menunggu jemputan” jawab dia “ayah, ibuk atau kakak?” tanyaku lagi “ ayah” jawab singkatnya. “ aku boleh membaca pikiranmu?”pintakku berlagak pesulap professional yang sedang show “eeee boleh tapi aku tidak di hipnotiskan” ragu-ragu dan melihat aneh. “ tanang di situ ada pak satpam namanya pak tono, kalau aku macam-macam ada banyak teman-teman disini” aku menyakinkan dia, ”heheheeheh tidak aku yakin kau tidak seperti itu tadi hanya mbercanda” jelas dia.

Komentar