Kala Istirahat, Kujujuran sang Adicandra

 Hari berlalu, tahun demi tahun berganti. Kini saya merasa lebih baik pada setiap detik yg saya lalui tanpa kamu. Saya kira baik-baik saja berarti berhasil untuk berhenti memikirkan apa yg sudah tidak saya miliki. Namun saat ini saya ingin jujur dulu; saya rindu kamu. Meskipun hasrat yg saya punya sudah hilang nyawa dan hanya tersisa pertanyaan-pertanyaan dalam kepala. 

Ah, dan ini kejujuran saya yg lain. Saya selalu ingin miliki tatapan kamu yg hanya berfokus pada saya semata. Saya ingin menggenggam tangan kamu tanpa harus ada alasan tertentu. Saya ingin habiskan banyak waktu untuk saling tertawa saat menceritakan hal-hal lucu di masa lalu. Saya ingin merasakan pegal di kaki akibat terlalu lama menahan kepala kamu yg tengah istirahat kan diri. Saya ingin menopang badan kamu yg ambruk setelah seharian sibuk dengan urusan sehari-hari. Saya ingin bertengkar dengan kamu, melayangkan belasan kata benci yg sebenarnya kita ingin lebih saling mencintai. 

Mungkin sebenarnya saya bukan satu-satunya wanita yg ada didalam hati kamu, mungkin saya bukan satu-satunya wanita yg sedang berusaha mendapatkan perhatian kamu. Tapi lagi lagi saya ulangi, saya hanya ingin kamu tahu bahwa saya rindukan kamu setengah mati. Namun saya hanya wanita yg terlalu banyak menyimpan luka, saya hanya wanita yg selalu mendramatisir dan meng-hiperbolakan luka. Tapi yg harus kamu tahu lagi, kamu satu-satunya manusia yg berhasil membuat saya utuh meskipun saya telah jatuh. Lalu bagaimana? Mengapa kamu tidak beri saya pilihan lain selain mundur dan membunuh perasaan.

Komentar